Ewako Le Coq-Orient

Sunday, May 15, 2011

Biru Eksotis Mewarnai Akhir Pekan di Samalona

Story by. Ahmad Yani Hasti
Kami senang sekali bisa menemukan eksotisme yang memikat di antara biru langit dan biru laut di Pulau Samalona.

Photo by. Ahmad Yani Hasti

Pada pertengahan Bulan Mei ini, Minggu (15/5), saya berakhir pekan ke Pulau Samalona bersama kawan-kawan. Pulau Samalona adalah salah satu diantara begitu banyak pulau yang menjadi pilihan destinasi wisata di dekat Kota Makassar, kota utama di Sulawesi Selatan.

Berhubung cuaca akhir-akhir ini cukup baik dan tidak ada badai, kami pun tidak khawatir menggunakan perahu kayu untuk melakukan perjalanan ke Pulau Samalona. Berangkat ke Samalona bisa menggunakan jasa penyeberangan yang berada di Kayu Bangkoa. Harga sewa satu perahu beragam. Banyak hal yang mempengaruhi misalnya jenis perahu, ukuran perahu, jumlah wisatawan, dan orang yang melobi. Biasanya tarif sewa dikenakan lebih mahal kepada wisatawan asing dan orang-orang yang tidak pandai melobi. Intinya, banyak-banyaklah bertanya dan tawarlah dengan sadis! Dari harga yang ditawarkan, mintalah pengurangan hingga 60 persen.

Photo by. Ahmad Yani Hasti

Pada kesempatan itu, saya dan kawan-kawan memilih perahu kayu bermesin yang kapasitasnya bisa mencapai 15 orang. Tarif sewa yang ditawarkan para pemiliknya berkisar 400-700 ribu rupiah perhari. Beruntung kami berhasil melobi dengan baik dan mendapatkan harga yang cukup pantas, yakni 350 ribu rupiah. Itupun biaya yang kami keluarkan perorangnya tidaklah besar karena kami bersebelas bayarnya patungan.

Hanya sekitar setengah jam di atas perahu, kami pun akhirnya bisa menginjakkan kaki di pasir putih Pulau Samalona. Di sana, kami juga disambut penduduk lokal yang menawarkan tempat tinggal sementara, berupa balai-balai dan penginapan. Balai-balai berkisar 50-100 ribu rupiah, sedangkan penginapannya sekira 250-750 ribu rupiah.

Photo by. Muh. Iqbal Jafar

Sabtu dan Minggu memang hari yang baik untuk menikmati keramaian di Pulau Samalona. Tak heran, pada kesempatan itu banyak keluarga yang menikmati keindahan Samalona dan terlihat juga beberapa wisatawan asing. Saya tidak bisa merekomendasikan Pulau Samalona sebagai tempat wisata yang bersih karena memang fasilitas tempat sampah di sana sangat tidak memadai.

Samalona butuh perhatian pemerintah setempat berkaitan banyaknya sampah yang bertumpuk pada titik-titik tertentu di sana. Pemandangan yang berbeda saat saya berkunjung beberapa tahun lalu di tempat yang sama. Meski begitu, sampai kini eksotisme warna biru yang terpancar dari langit dan lautan di Pulau Samalona saat fajar hingga petang masih mampu menarik cukup banyak wisatawan untuk berkunjung ke sana. Belum lagi daya tarik pada kejernihan air serta gugusan karang yang terdapat di sana. Keindahan itu tidak akan bertahan lama, jika tidak ada perhatian bersama untuk menjaga kebersihannya.

Photo by. Arman Rahim

Pulau Samalona ukurannya tidaklah begitu luas. Kami bisa mengitari sisi-sisi di Pulau Samalona hanya dalam beberapa puluh menit saja. Di sana pun dapat ditemui bermacam-macam aktivitas wisata. Ada yang menyelam, berenang, snorkeling, memancing, bahkan sekadar berjalan-jalan merasakan pasir putih serta menikmati pemandangan yang ada di sana.

Photo by. Arman Rahim

Matahari di atas kepala menandakan siang, kami pun menikmati makan siang dengan nasi dan ikan bakar. Setelah itu, saya dan kawan-kawan kembali menikmati wisata di Samalona. Selanjutnya di sore hari, kami bergegas pulang, kembali dengan segala rutinitas yang telah menanti.

Ewako Visitors

Free counters!

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys