Ewako Le Coq-Orient

Sunday, September 02, 2012

Wisata Air di Pantai Galesong Utara

Story by. Ahmad Yani Hasti

Matahari tampak di arah timur Kota Makassar, saat saya bersama keluarga melakukan perjalanan menuju salah satu kawasan di Takalar. Untuk ke sana, kami menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu sekira 40-50 menit, dari pusat kota Makassar, melewati Jalan Metro Tanjung Bunga dan Barombong. Tempat yang terletak di Kabupaten Takalar itu dinamai Resor Pantai Wisata Galesong Utara.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Minggu (2 September 2012), Sepupu-sepupuku bersama rekan-rekannya bermain Banana Boat di sekitar Pantai Wisata Galesong Utara.
Setiba di sana, mata kami dimanjakan pemandangan sebuah rumah bernuansa Mediterania. Di dalam bangunan itu terdapat lukisan dan patung-patung yang menarik. Sementara di bagian luarnya, banyak bertumbuh pohon-pohon lebat nan teduh yang ditata dengan apik oleh pemilik Resor. Hanya dengan biaya empat puluh ribu rupiah per orang, beberapa fasilitas di dalamnya sudah bisa dinikmati secara gratis. Fasilitas gratis itu antara lain arena outbond, beragam tempat berteduh seperti gazebo, tempat makan dan kursi untuk berjemur, serta kolam renang keluarga dengan kedalaman sekira satu meter.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Mahdi menikmati petualangan Outbond yang digunakan secara cuma-cuma di Resor Galesong, Minggu (2/9/2012).

Di sebelah kolam renang, tampak panorama lautan luas yang menghampar di bibir pantai. Di sana tersedia permainan wisata air yang dikenakan tarif beberapa puluh ribu saja per orangnya. Tidak harus menguras kocek dalam-dalam untuk menikmati permainan berupa Banana Boat dan Jet Ski. Sementara untuk anak-anak, tersedia permainan yaitu kendaraan mini seperti boom-boom car dengan tarif yang juga cukup murah.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Kendaraan mini dengan tarif murah dapat dimainkan anak-anak saat berada di Galesong.

Bahkan ketika pengunjung harus bermalam karena menempuh perjalanan jauh, Resor ini menyediakan dua tipe kamar dengan ongkos yang tidak begitu mahal. Untuk semalam, Kamar standar dengan dua kasur susun (empat tempat tidur) dikenakan tarif Rp. 390 ribu dan kamar keluarga dengan empat kasur susun (delapan tempat tidur) dikenakan biaya Rp. 590 ribu. Tarif berbeda dikenakan untuk Sabtu, Minggu, dan hari-hari libur, yaitu Rp. 490 ribu untuk kamar standar dan Rp. 790 ribu untuk kamar keluarga (kebijakan mengenai harga ini dapat berubah sewaktu-waktu).

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Sepupuku, Akbar tampak sangat menikmati petualangan pertamanya mengendarai Jet Ski di Galesong, Minggu (2 September 2012).
Kedatangan saya minggu itu (2 September 2012), Resor Galesong ini ramai dikunjungi wisatawan lokal. Resor tersebut memang menarik untuk dikunjungi, utamanya bagi mereka yang tinggal tak jauh dari Takalar. Wisata Air di Resor itu, biayanya murah dengan kesan yang cukup mewah. Selain itu, ada kesenangan tersendiri bagi saya saat melihat kedua keponakanku, Mahdi dan Hadi, bermain-main di sekitar pantai sembari melukis senyum di wajah mereka. Keduanya sungguh menikmati fasilitas yang ada di sana.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Kedua kemanakanku, Mahdi (kiri) dan Hadi (kanan) di Pantai Galesong Utara, Minggu (2 September 2012).

Tuesday, June 26, 2012

Menyingkap Ragam Pesona yang Membingkai Indonesia

Terdiri atas gugusan-gugusan pulau, yang kecil dan yang besar, mulai dari titik wilayah paling barat di Sabang hingga paling timur di Merauke. Itulah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sederhananya dapat disebut Indonesia. Tercatat lebih dari tujuh belas ribu pulau, menjadikan Indonesia sebagai Negara Kepulauan Terbesar di dunia.

Luas laut yang mengelilingi Indonesia adalah sekira 2/3 dari wilayah darat yang ada. Kondisi geografis ini menyebabkan banyak penduduk Indonesia harus hidup terpisah-pisah oleh lautan. Tetapi justru hal itulah yang menjadi salah satu faktor mengapa Indonesia menjadi lebih kaya akan budaya. Dan keanekaragaman itu semakin menambah kekayaan negara dalam segala aspek.

Salah satu semboyan yang kemudian populer di Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”. Secara harfiah, moto itu berarti “Berbeda-beda, satu itu” atau dapat diartikan “Berbeda-beda, tetapi tetap satu“. Oleh karena itu, tidak ada satupun daerah atau kekayaannya secara parsial yang benar-benar menjadi representasi Indonesia secara keseluruhan. Sebab masing-masing sudah merupakan satu-kesatuan. Hanya saja, memang ada beberapa bagian di Indonesia yang telah lebih dahulu menjadi perhatian dunia dan membuat Indonesia kian dikenal negara-negara asing. Beberapa bagian kecil itu, tentunya patut memberi rasa bangga dan diharapkan terus menyulutkan api semangat nasionalisme kita sebagai warga Indonesia.

Jadi biarpun selama berpuluh-puluh tahun terakhir, Indonesia tengah diterpa badai kemiskinan yang disebabkan derasnya hantaman korupsi, tetap saja ada begitu banyak hal membanggakan di tanah air ini yang membuat kita selalu percaya bahwa Negara Indonesia adalah negara yang kaya raya dan bukanlah negara yang tidak ada apa-apanya. Terkait itu, penulis akan mengajak pembaca untuk sedikit bernostalgia. Tujuan nostalgia ini adalah mengenal kembali apa yang Indonesia miliki, sebab apa yang kita punya ini, sedikit-banyak, mulai bahkan telah menyita perhatian orang-orang dari luar Indonesia.

Laut Indonesia dan Perahu Pinisi yang Melegenda

Foto: Mifda Hilmiyah --- Berfoto dengan lukisan perahu pinisi yang ada di Museum Fort Rotterdam Makassar, pertengahan Agustus 2010.
Masih ingat lirik, “Nenek moyangku orang pelaut, gemar mengarung luas samudra…”? Ya, ini adalah penggalan lirik yang mungkin anda sering dengar dan nyanyikan saat masih kanak-kanak. Lagu yang mulai hadir dan populer di era 1940-an ini, bagi penulis sangat memberi gairah ber-Indonesia. Liriknya diciptakan oleh Ibu Sud yang terkenal sebagai pencipta lagu anak-anak. Banyak sih yang bertanya-tanya, apa benar nenek moyang bangsa Indonesia seorang pelaut? Jawabannya ada beberapa versi jadi sulit memastikannya, tetapi satu yang pasti, Ibu Sud melakukan hal serupa yang banyak dilakukan orang-orang Indonesia dan leluhur-leluhurnya, dimana Ibu Sud telah menjadikan laut sebagai sumber inspirasinya.

Di Indonesia, tentu bukan hanya daratan kepulauannya yang memiliki kekayaan alam melimpah sampai-sampai Indonesia dinobatkan sebagai Mega Biodiversity (keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi), tetapi lautan di sekelilingnya pun terbukti sangat kaya. Kenyataannya, banyak nelayan asing yang sering tertangkap basah menjarah hasil laut kita. Sehingga pantaslah selama bertahun-tahun Laut Indonesia menjadi sumber kehidupan banyak penduduknya dan telah jadi lautan inspirasi bagi kita. Dan rasanya tidak berlebihan ada orang-orang yang beranggapan bahwa sebenarnya Indonesia ini Maha Kaya.

Di satu sisi lainnya, Laut Indonesia juga terbukti telah mengispirasi leluhur kita untuk menjelajahi samudra luas. Beberapa penulis luar dan dalam negeri telah melakukan sejumlah reportase, penelitian, dan memberikan kesaksian tentang kehebatan pendahulu kita dalam hal kemaritiman. Pada lembaran sejarah, jauh sebelum terbentuknya negara ini, saat itu kita belum menyebutnya Indonesia, leluhur kita sudah menjelajahi samudra yang luas menggunakan perahu, salah satunya yang disebut Pinisi.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Kerangka Pinisi yang hampir selasai dan tengah berada di lokasi pembuatannya di Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan, Minggu (24 Juni 2012).

Perahu tradisional Pinisi bentuknya sangat elegan, memiliki cucur yang panjang, dua tiang utama, serta tujuh helai layar yang dapat dimaknai bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia dapat mengarungi tujuh samudra di dunia. Pinisi sendiri, dibuat di kepulauan Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan oleh orang-orang Bugis dan Makassar yang kala itu masih berbentuk kerajaan-kerajaan. Menurut kitab Lontara I Babad La Lagaligo, Pinisi sudah ada sebelum abad ke 15. Konon cerita, pada abad ke 14, Pinisi pertama kali dibuat oleh Sawerigading, Putera Mahkota Kerajaan Luwu. Digunakan perahu itu untuk berlayar ke Tiongkok hendak meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai. Pinisi berhasil mengantar Sawerigading ke negeri Tiongkok dan memperistri Puteri We Cudai. Sungguh manis yah, ternyata orang dulu romantis juga, heh!

Berbeda yang tertulis dalam naskah Lontara, beberapa sejarawan juga ada yang beranggapan bahwa Pinisi baru eksis di tahun 1800-an, yakni di zaman kolonial. Saat itu Sulawesi sudah menjadi pusat jalur perdagangan nusantara dan terhubung oleh orang-orang dari Cina, Arab, Persia, dan Eropa. Maka pinisi dibuat sebagai kapal kargo atau pengangkutan barang.

Kekayaan alam Indonesia terutama rempah-rempah rupanya sangat menarik perhatian sejumlah penjelajah dari Eropa dan mereka bermaksud menguasainya. Lalu Pinisi pun dirancang sebagai kapal perang untuk menghentikan monopoli tersebut. Bahkan ada juga sumber yang menyebut Pinisi turut memberi bantuan terhadap Indonesia dalam meraih kemerdekaannya. Jadi, selama berabad-abad, Pinisi telah melalui banyak transformasi. Sampai pada tahun-tahun kemerdekaan Indonesia, pun Pinisi dipesan oleh orang-orang asing untuk dijadikan kapal pesiar dan dibuat menggunakan mesin yang lebih canggih.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Minggu (24 Juni 2012), beberapa pekerja yang sedang dalam proses pengerjaan perahu pinisi diantaranya pemotongan (atas, dan kanan bawah) serta penyambungan (kiri bawah).

Pada Era Millenium ini, sungguh disayangkan karena Pinisi sudah jarang ditemukan. Dan tidak banyak lagi daerah yang tetap mendirikan perahu jenis ini. Salah satu daerah pembuatan Pinisi yang masih eksis berada di Bulukumba. Meski sudah jarang ditemukan, sesekali Pinisi masih dapat dilihat jika ada pagelaran Festival Perahu Pinisi, selebihnya anda dapat melihatnya dalam bentuk miniatur yang dijual di toko-toko cinderamata. Selain Pinisi, masih ada aneka kapal lain yang dibangun leluhur kita di Sulawesi pada waktu lampau dan era yang hampir bersamaan. Diantaranya Padewakang, Panawa, Palari, dan Bingga, serta ada juga jenis perahu Sandeq yang dibuat oleh orang-orang Mandar yang bertempat di wilayah Sulawesi Barat.

Surga Kadal Raksasa di Pulau Komodo

Seperti namanya, Pulau Komodo memang menjadi rumah tinggal bagi sejumlah komodo yang tergolong sebagai spesies kadal terbesar di dunia ini. Dikatakan kadal raksasa dan terbesar di dunia karena kadal ini memang memiliki perawakan yang jauh lebih besar dari beberapa jenis kadal pada umumnya. Panjangnya rata-rata dua hingga tiga meter dan kebanyakan komodo dewasa beratnya melampaui seratus kilogram. Dan entah bagaimana ceritanya, komodo atau yang disebut juga biawak komodo itu bisa berkumpul dan membentuk komunitas di sana. Heh, tapi menurut penulis, justru itulah misteri keunikannya.

Baru-baru ini, tepatnya penghujung tahun 2011 lalu, Pulau Komodo telah dinobatkan sebagai Tujuh Keajaiban Dunia kategori Pemandangan Alam oleh lembaga yang dinamakan New 7 Wonders. Pemilihan telah dilakukan baik secara online melalui vote langsung di www.N7W.com juga lewat situs jejaring seperti facebook dan twitter, serta dengan mengirim sms menggunakan telekomunikasi seluler.

Sudah selayaknya Pulau Komodo mendapat kehormatan itu, mengingat di pulau tersebut bermukim lebih dari seribu komodo yang termasuk hewan langka. Komodo terbilang langka karena secara alamiah memang hanya dapat ditemukan di beberapa kawasan di Indonesia, yakni di sekitar Kepulauan Nusa Tenggara. Selain di Pulau Komodo, habitat asli komodo bertempat di pulau-pulau lainnya yang masih dalam kawasan Kepulauan Nusa Tenggara diantaranya Pulau Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami.

Dari pulau-pulau tersebut beberapa komodo diambili untuk ditangkarkan ke sejumlah kebun binatang dalam dan luar negeri. Tapi hasilnya mengecewakan karena mereka kesulitan bertahan hidup dan berkembang biak. Selain itu, selama bertahun-tahun, komodo juga telah menjadi bahan penelitian bagi tak sedikit orang asing. Dan masih banyak aktivitas manusia lainnya yang menyebabkan penyusutan populasi komodo di alam bebas. Karena itu, IUCN lalu memasukkan dalam catatan merahnya dan menyatakan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan.

Sebagai bentuk perhatian pemerintah, dibuatlah peraturan pemerintah terkait perlindungan dan pemeliharaan Komodo dengan menjadikan Pulau Komodo sebagai Taman Nasional. Sejak itu, pelancong pun mulai berdatangan ke sana.

Sekadar catatan, bila memiliki pendarahan yang parah utamanya perempuan yang menstruasi sebaiknya tidak ikut dalam kegiatan wisata menyaksikan komodo. Juga disarankan tidak menggunakan parfum yang menyengat dan berjalan sendirian. Reptil ini biasa menyerang individu manusia dan sangat sensitif terhadap darah serta aroma-aroma tertentu. Utamanya bau darah, komodo biasanya akan mengikuti dan mengejar asal darah karena dianggapnya sebagai mangsa, meski dari jarak beberapa kilometer.

Seekor komodo dapat berlari cepat. Dia mampu mengejar mangsa dengan kecepatan melampaui 20 kilometer perjam. Digigit dan terkena liur komodo dapat menyebabkan infeksi yang parah. Bila tidak segera ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Liurnya mengandung berbagai jenis bakteri dan sebagian besar mematikan. Seram yah, tetapi keunikan pulau dan kelangkaan hewan ini tetap menjadi daya tarik yang memikat banyak turis terutama turis asing. Betapa tidak, di tempat ini pengunjung benar-benar merasakan sensasi petualangan alam bebas ditemani kawanan komodo. Tak seperti kebun binatang, di sana anda tak perlu melihat deretan kawat atau pagar yang membikin anda merasa berada dalam kurungan.

Di Pulau tersebut pemandu yang biasa disebut ranger akan menemani anda bertualang. Meski menyewa seorang ranger mungkin akan cukup menguras kantong, tetapi yakinlah setiap lembar yang dikeluarkan takkan sebanding dengan pengalaman menarik dan cerita yang diperoleh. Saya memang belum pernah ke sana, namun Pulau Komodo ini sudah masuk dalam daftar tujuan perjalananku.

Pulau Bali yang Penuh Daya Tarik

Perjalanan pertama saya di Bali pada Juli 2009 lalu bersama tiga kawanku. Penulis belum pernah ke sana lagi sejak itu. Meski sudah tiga tahun berlalu, perjalanan itu masih meninggalkan kesan yang dalam. Bali merupakan tempat yang bersih, orang-orangnya ramah, dan memiliki sejumlah pemandangan alam yang hijau, menarik, juga menyejukkan. Selain itu, orang-orang Bali pun masih menjaga tradisi yang dimilikinya dengan sangat apik.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Monumen Rakyat Bali di Bulan Juli 2009.

Hangat mentari, pantai-pantai pasir putih yang terawat, perbukitan yang sejuk, dan kentalnya nuansa budaya di Bali itulah yang mengharumkan namanya ke berbagai penjuru dunia. Terbukti pulau tersebut sering menjadi tempat liburan sederet selebritis kenamaan dunia. Sebut saja Penyanyi Remaja Justin Bieber dan Aktris Peraih Oscar Julia Roberts. Bali adalah nama pulau yang sudah sangat populer di kalangan wisatawan. Setiap hari, tiada henti-hentinya turis mancanegara berdatangan di pulau tersebut.

Pakaian Nasional Bernama Batik

Terkait pakaian atau busana, sejak dahulu orang Indonesia utamanya Perempuan-perempuan Indonesia sudah memiliki kemampuan seni yang cukup baik. Dari dulu, Perempuan Indonesia terbilang sangat kreatif dalam menghasilkan dan mengkreasikan busana-busana yang variatif. Salah satu busananya yang merupakan warisan budaya Indonesia adalah batik. Dan di waktu lampau, Perempuan-perempuan khususnya di Jawa menjadikan kerajinan batik sebagai mata pencaharian mereka. Pakaian dengan motif beragam ini diyakini telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit.

Batik cukup populer di luar negeri. Salah satu serial komedi Amerika yang terkenal di masanya, yaitu Murphy Brown (produksi 1988-1999) pernah menayangkan satu episode yang menyinggung bahwa batik berasal dari Indonesia. Saat itu, Murphy yang diperankan Candice Bergen diceritakan mengunjungi pesta yang diadakan rekannya bernama Jim Dial. Bukannya berlangsung bahagia, pesta justru berjalan kaku, ribut, tamu-tamu yang hadir menjadi tegang, dan berakhir dengan kekacauan. Film ini cukup membuat saya terpingkal-pingkal sekaligus semakin bangga dengan nama batik yang disebutnya.

Batik juga sering digunakan tokoh-tokoh terkenal dunia dalam berbagai kegiatan. Salah satunya Nelson Mandela yang populer lewat politik anti apartheidnya. Nelson yang menjabat presiden Afrika Selatan dari 1993 hingga 1998, kala itu melakukan kunjungan ke Indonesia. Dia diberi pakaian batik dan langsung jatuh hati dengan pakaian bercorak unik itu. Sejak saat itu, batik pun menjadi sangat populer di Afrika.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Tanjung Bira, Minggu (24 Juni 2012), kawanku Esa Ramadana sedang memeragakan batik yang dapat digunakan dalam segala suasana, formil (kiri) dan santai (kanan).

Lembaga Dunia UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia sejak 2 Oktober 2009. Mulai saat itu, setiap tahunnya di tanggal yang sama diperingati Hari Batik Nasional. Baju batik pun mendapat tempat sebagai pakaian nasional. Kemudian batik kian merebak ke masyarakat dan secara rutin digunakan dalam perkantoran juga sekolah-sekolah, baik dalam kegiatan formil maupun aktivitas sehari-hari.

Tahun 1996 saat usiaku hampir memasuki sepuluh tahun, saya berkesempatan menyaksikan langsung proses pembuatan batik di Cirebon. Kala itu, saya menemani Ibuku berbelanja batik langsung di tempat produksinya. Harga satuan batik di tempat itu relatif murah, kala itu hanya berkisar puluhan hingga ratusan ribu rupiah. Di sana, saya menyaksikan beberapa wanita paruh baya tengah disibukkan dengan kegiatan membatik. Tangannya diayun-ayunkan dan melukis di atas secarik kain putih. Kemudian melewati beberapa proses yang cukup rumit. Tak heran batik lantas menjadi karya seni warisan Perempuan Indonesia yang bernilai tinggi. Di tangan desainer-desainer kenamaan Indonesia, kini batik dibuat menjadi lebih moderen dengan nilai jual yang dapat mencapai jutaan rupiah.

Bukan di Cirebon saja yang terkenal dengan industri batiknya tetapi di beberapa tempat lain seperti Pandeglang, Surakarta, Yogyakarta, Pekalongan, Garut, dan Tasikmalaya. Selain batik, beberapa pakaian tradisional yang terkenal di nusantara adalah busana kebaya, baju bodo dari Sulawesi Selatan, busana khas Dayak dari Kalimantan, kain ulos khas Batak dari Sumatera Utara, busana khas Minangkabau berupa baju kurung dan songket dari Sumatera Barat, serta koteka yang berasal dari Papua. Sangat variatif, bukan?

Aneka Jajanan Indonesia

Salah satu dampak positif lainnya atas kondisi laut yang memisahkan orang-orang Indonesia di berbagai daerah adalah tanah air Indonesia makin kaya dengan resep-resep makanan. Takkan banyak orang asing yang menyangka setiap suku di Indonesia umumnya memiliki karakteristik dan kebiasaan yang berbeda-beda dalam mengolah bahan makanan. Di Indonesia, dari satu jenis bahan utama dapat dihasilkan beraneka ragam makanan.

Makanan utama orang Indonesia adalah nasi. Beragam jenis lauk pun dihidangkan bersama nasi, bahkan nasi juga dikreasikan ke beberapa jenis makanan seperti nasi kuning, nasi goreng, nasi uduk, dan nasi tumpeng. Makanan lainnya, makanan berbahan sagu seperti kapurung dari Sulawesi Selatan, sinonggi dari Sulawesi Tenggara, dan papeda dari Maluku dan Papua. Bahkan mie yang aslinya berasal dari Negeri Tirai Bambu (Cina), oleh orang-orang Indonesia utamanya yang beretnis Tionghoa dihasilkan beragam makanan. Ada jenis Mie Kering dari Makassar, Mie Cakalang dari Manado, Mie Aceh, Mie Pangsit, Mie Goreng, dan masih banyak lagi.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Aneka jajanan Indonesia yang dapat ditemukan di daerah Sulawesi Selatan seperti Coto Makassar (kiri atas), Sop Konro (kanan atas), dan Mie Kering (bawah).

Kondisi alam Indonesia memang menguntungkan bagi penduduknya untuk menghasilkan santapan yang bermacam-macam. Banyak jenis hewan laut, hewan air tawar, dan hewan ternak yang berkembang biak. Selain itu, berbagai jenis tanaman juga bertumbuh yaitu aneka sayuran, buah-buahan juga rempah-rempah. Alhasil, hidangan yang dihadirkan sangat kaya rasa. Manis, Asam, Asin, Pedas, dan Ekstra Pedas yang Menggigit di lidah. Pokoknya ramai rasanya, mengguncangkan lidah dan membikin saya ingin mengucapkan kata, “lezat”. Orang-orang Italia biasanya akan bilang “delizioso”. Akhir kata, selamat bertualang!

Story by. Ahmad Yani Hasti


*Referensi
- http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia
- http://id.wikipedia.org/wiki/Pinisi
- http://www.kastenmarine.com/phinisi_history.htm
- http://www.nytimes.com/2010/09/22/fashion/22iht-ACAYPIN.html?_r=1&pagewanted=all
- http://id.wikipedia.org/wiki/Komodo
- http://id.wikipedia.org/wiki/Batik

Monday, April 02, 2012

Memekarkan Turisme dan Eksotisme Sulawesi Selatan


Pada perkembangannya wisata sudah menjadi semacam kebutuhan. Turisme atau segala sesuatu yang berhubungan dengan pariwisata atau disebut juga perpelancongan mulai jadi bagian tak terpisahkan dengan pribadi manusia. Melalui perjalanan wisata, orang-orang dapat belajar banyak hal misalnya sejarah dan kebudayaan. Wisata juga bagus untuk menenangkan pikiran setelah bekerja keras, misalnya wisata yang dilakukan untuk mengisi liburan, atau untuk beribadah seperti ziarah dan naik haji.
Kini, hampir semua orang sudah memiliki daftar dalam kepalanya masing-masing tentang tempat mana saja di seluruh dunia ini yang akan dikunjunginya. Ini disebabkan oleh akses informasi yang semakin terbuka lebar. Terutama sejak televisi beralih ke receiver digital dilengkapi warna gambar yang tajam serta kehadiran situs online yang telah menyebar bak virus.
Sulawesi Selatan (Sulsel) sendiri sudah merupakan satu provinsi dengan banyak kawasan wisata yang eksotis. Begitupun di tempat-tempat lain yang ada di seluruh Indonesia. Dimana eksotisme yang dimiliki Indonesia termasuk Sulsel tak kalah dengan yang ada di luar negeri. Masalahnya, ada berapa banyak orang di dunia ini yang terlintas dipikirannya dengan nama ‘Sulawesi Selatan’. Angka itu makin kecil saja bila menghitung jumlah orang yang ingin melakukan kunjungan di Sulsel.
Kawan-kawanku (depan ke belakang: Sindbad, Hery, Ela, Anti) saat berfoto di Kabupaten Sidrap dengan area pertanian yang luas, Minggu (30-1-2011). Pemandangan hijau seperti ini lazim ditemui bila melakukan perjalanan panjang di Sulsel, sebab Sulsel memiliki tanah pertanian dan perkebunan yang luas. Sulsel pilihan tepat untuk melakukan wisata pertanian. (Photo by. Ahmad Yani Hasti)
Meski begitu, jangan pernah ada kata terlambat yang bernada pesimis untuk menyukseskan kegiatan pengembangan pariwisata Sulsel. Kata-kata seperti ‘terlambat’ atau ‘tidak mungkin’ hilangkanlah dalam kamus anda. Perubahan pasti ada tergantung bagaimana keinginan untuk mengubahnya dan terobosan apa saja yang dilakukan. Walau perubahannya tidak berlangsung sekarang, mungkin di waktu yang akan datang. Berkaitan itu, penulis mencoba berbagi gagasan tentang langkah-langkah yang dibutuhkan guna meningkatkan kegiatan industri pariwisata di Sulsel.
  • 1.       Memahami Karakteristik dan Keinginan Wisatawan
Perlu diketahui untuk siapa pengembangan pariwisata Sulsel dilakukan. Apakah untuk menarik wisatawan asing atau wisatawan domestik? Pertanyaan ini merujuk pada karakteristik wisatawan agar bisa memahami keinginannya masing-masing. Karakteristik wisatawan dapat diklasifikasikan berdasarkan sosio-demografis, geografis, psikografis, dan tingkah laku. Sosio-demografis berhubungan dengan kondisi sosial yang dikaitkan ilmu kependudukan misalnya jenis kelamin, jumlah keluarga, status pernikahan dan pekerjaan. Klasifikasi yang paling bisa menunjukkan bentuk-bentuk kegiatan pariwisata adalah karakteristik berdasarkan sosio-demografis itu.
Bentuk kegiatan pariwisata dapat dibedakan berdasarkan lama perjalanan dan jenis wisatanya. Dan dewasa ini, jenis wisata dapat dibedakan antara lain wisata budaya, wisata maritim/bahari, wisata cagar alam, wisata konvensi, wisata pertanian (agrowisata), wisata kesehatan, wisata olahraga, wisata petualangan, wisata buru, wisata ziarah, wisata bulan madu, wisata keluarga, wisata kosmopolitan, dan wisata kuliner. Pengenalan karakteristik penting untuk membantu kita dalam menentukan sasaran pengembangan pariwisata Sulsel. Misalnya ingin menggaet wisatawan mancanegara, secara otomatis kita harus menyediakan segala sesuatu berdasarkan standar mereka, yaitu standar Internasional.
Perjalanan luar negeri biasanya tidak terlalu memperhatikan harga tetapi lebih mengutamakan kenyamanan. Dan itu berbeda dengan wisatawan lokal di Indonesia dengan mayoritas penduduk berpendapatan sedang dan rendah, akan sangat sensitif terhadap perubahan harga. Perjalanan murah masih jadi favorit. Tak heran beberapa biro penerbangan menyediakan paket perjalanan murah tersebut.
Terkait minat warga dunia dalam memilih jenis wisata, sebuah Polling diselenggarakan tahun 2010 dan dikeluarkan Februari 2011 oleh IPSOS yaitu lembaga riset dunia yang berpusat di Perancis. Polling yang dikeluarkan itu melibatkan 18,778 responden dari 24 negara termasuk Indonesia. Mengungkapkan bahwa dalam memilih jenis wisata untuk liburan, warga dunia paling banyak memilih ‘bersantai dan melihat-lihat pemandangan’ (35 persen), disusul jenis wisata yang melibatkan “petualangan di luar ruang” (19 persen), “untuk anak-anak dan keluarga” (19 persen), serta “menyatu dengan kebudayaan” (17 persen), sementara “kosmopolitan” (5 persen), dan “mencari sensasi berpetualang” (5 persen) adalah dua pilihan yang paling sedikit dipilih masyarakat dunia secara global.
Ilustrasi: Ummul Masir
Untuk Indonesia sendiri, IPSOS melaporkan bahwa 39 persen respondennya —paling banyak— suka jenis wisata yang berorientasi keluarga dan anak-anak misalnya kunjungan ke taman bermain, perjalanan satu hari ke luar kota, berenang, menginap di hotel yang punya program untuk anak-anak. Lalu jenis wisata kedua yang diminati adalah santai dan melihat-lihat pemandangan seperti tur keliling kota dengan bis, tur dengan kapal, mengunjungi restoran lokal, atau menyaksikan pertunjukan yang populer, sebesar 29 persen. Wisata ‘santai dan melihat-lihat pemandangan’ ini adalah yang paling disukai di Jerman, sebanyak 45 persen.
Sementara yang paling sedikit diminati warga Indonesia, dua terendah yaitu jenis wisata kosmopolitan —seperti belanja di tempat ternama, makan di restoran terkenal dan mengharapkan ketemu selebriti— dipilih oleh 4 persen responden,  serta mencari petualangan dengan kegiatan memacu adrenalin —seperti menjelajah tempat tinggi, meluncur di lereng salju, naik helikopter atau petualangan di air— dipilih 3 persen responden. Dengan informasi seperti ini, Dinas Pariwisata juga Biro-biro perjalanan dapat merencanakan promosi yang tepat untuk dilakukan di tiap-tiap kawasan.
  • 2.       Mengenali Potensi Sendiri
Sulawesi Selatan tentunya memiliki potensi yang sangat baik bagi pariwisata. Jenis wisata yang dapat ditawarkan tidak kalah dengan yang disajikan di negara-negara lain. Sajian wisatanya beragam dan terbilang cukup lengkap. Akan tetapi, apa anda menyadarinya?
Ada satu cerita kenapa saya memutuskan membuat blog pariwisata ini dan secara khusus mempromosikan Sulsel. Cerita bermula Desember 2009, ketika saya berwisata ke Bira, yaitu pantai pasir putih sekaligus tanjung di Kabupaten Bulukumba. Kawan-kawan seperjalanan saya berfoto-foto dengan wisatawan asal Perancis. Tanpa mengenalnya lebih lanjut, saya menanyakan pendapatnya tentang Bira. Perempuan belia Perancis itu bilang tempat ini (Bira) seperti Bali kedua. Perihal yang juga dirasakan penulis.
Di tahun yang sama, enam bulan sebelumnya, penulis juga kebetulan sudah pernah menjelajahi sebagian besar kawasan di Bali termasuk Pantai Kuta. Dan menurut hemat saya, Bira dan Pantai Kuta memiliki keindahan yang sepadan. Hal yang lantas dapat saya tafsirkan dari pernyataan si turis asing itu, bahwa Bira tak kalah cantik dengan pantai-pantai di Pulau Bali. Hanya saja Bali kini sudah jauh populer dan telah meningkatkan standarnya dibandingkan Bira ataupun titik-titik wisata lainnya di Sulsel. Kemasyhuran Bali sudah ‘tercium‘ luas ke luar negeri. Banyak selebriti dunia diberitakan telah berlibur di sana. Bahkan peraih artis terbaik piala Oscar -Julia Roberts- pernah bermain sebuah film hollywood berjudul ‘Eat Pray Love‘ di Bali.
Selain itu, masih banyak cerita yang mendorong saya agar terus memanfaatkan waktu luangku bepergian dan menulis secara sukarela di Blog ini. Cerita lainnya, sebut saja tentang naskah kuno I La Galigo yang tersimpan di Museum Fort Rotterdam, Makassar. Pementasan Skrip I La Galigo yang menerima sukses besar 2011 lalu di Makassar, ternyata sebelumnya sudah pernah dipentaskan di luar negeri dan mendapat tanggapan positif. Sejak 2003 hingga 2008, I La Galigo sudah dipentaskan di Singapura, Amsterdam (Belanda), Barcelona, Madrid, Lyon, Ravenna, New York, Melbourne, Milan dan Taipei. Sangat membanggakan, bukan? Kalau mau lihat skrip aslinya di museum, ayo Visit South Sulawesi!
Blog Ewako1 Le Coq-Orient2 (1Makassar: Berjuanglah,  2Perancis: Ayam Jantan dari Timur) ini saya harapkan bisa mempopulerkan Sulsel di mata dunia. Beragam jenis wisata yang dapat ditawarkan Sulsel adalah potensi besar yang membuat saya memiliki keyakinan Sulsel akan dilirik turis mancanegara. Untuk wisata budaya, Sulsel punya tradisi masyarakat Toraja yang sudah cukup terkenal seperti Rambu Tuka (Upacara Syukuran) dan Rambu Solok (Upacara Kematian) dengan Rumah Tradisional Tongkonan yang masih terpelihara, juga ada tradisi perayaan maulid penduduk Desa Cikoang di Takalar yang disebut Maudu’ Lompoa.

Spesies kupu-kupu yang banyak dijumpai di Taman Nasional Bantimurung, Sulsel. (Photo by. Ahmad Yani Hasti)
  Sementara itu, untuk wisata maritim/bahari, wisatawan dapat dimanjakan pemandangan Pantai Bira serta pemandangan bawah laut di Samalona, Kapoposang ataupun di Taman Nasional Taka Bonerate yang terkenal sebagai atol terbesar ketiga di dunia. Atol adalah pulau karang berbentuk lingkaran. Buat yang gemar diving, snorkeling, dan melakukan pemotretan alam laut, Taka Bonerate menjadi pilihan tepat, sebab di Taka Bonerate terdapat ratusan spesies fauna laut.
Wisata cagar alam bisa dilakukan dengan mengunjungi Cagar Alam Faruhumpenai yang merupakan Daerah Aliran Sungai beberapa sungai di kawasan Malili dan sekitarnya. Cagar Alam ini bersama Cagar Alam Kalaena dan Cagar Alam Ponda-ponda menjadi bank plasma nutfah jenis Diospyros Celebica (Kayu Hitam) yang merupakan pohon endemik di Kepulauan Sulawesi. Selain tiga cagar alam itu, Taman Nasional Bantimurung juga menjadi salah satu pilihan menarik jenis wisata ini. Bantimurung adalah habitat berbagai spesies Kupu-kupu (sampai dijuluki Kerajaan Kupu-kupu) dan di sana pengunjung bisa menikmati permandian air terjun.
Wisata pertanian (agrowisata) dapat dilakukan di Pucak Maros dan di Malino ke wilayah-wilayah perkebunannya. Kesejukan udara di dua tempat tersebut menjadi salah satu daya tariknya. Selain itu, dengan perjalanan panjang di sekeliling Sulsel, mata akan dimanjakan pemandangan hijau dari bukit dan pegunungan serta tanah pertanian seperti yang ada di Sidrap dan Sinjai. Yang gemar bertualang dapat melakukan pendakian di Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang. Untuk wisata keluarga, terutama yang punya anak kecil, dapat mengajaknya ke Taman Hiburan Trans Studio Makassar.
Coto Makassar menjadi makanan favorit sebagian besar warga Makassar. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya warung-warung yang menyajikan hidangan ini. Bagi pendatang yang tidak terbiasa, mungkin akan menganggapnya sebagai kuliner ekstrim. (Photo by. Ahmad Yani Hasti/ Date Taken: 4-1-2011)
Yang hobi makan, dapat mencicipi berbagai kuliner unik di Sulsel seperti Es Teler, Kapurung (makanan kenyal yang terbuat dari sagu), Coto Makassar (sejenis sup sapi dimana isinya terdiri dari daging dan jeroan-jeroan sapi), Sanggara Peppe’ (Pisang goreng yang dipipihkan dan dimakan dengan sambal pedas), dan Palekko (Masakan dari bebek/itik dengan bumbu pedas). Sementara jenis wisata lain, antara lain wisata konvensi, wisata kesehatan, wisata olahraga, wisata buru, wisata ziarah, wisata bulan madu, dan wisata kosmopolitan, masih harus terus dikembangkan. Center Point of Indonesia yang kini dalam pembangunan boleh dikatakan sebagai salah satu pengharapan. Melalui pembangunan itu, kelak akan menambah daya tarik Sulsel, termasuk dalam menambah keragaman jenis-jenis wisata yang ditawarkannya.
  • 3.       Penguatan Data Base Online dan Kerjasama
Tongkonan -Rumah Adat Suku Toraja- menjadi salah satu daya tarik turis mancanegara. (Photo by. Ahmad Yani Hasti/ Date Taken: 10-12-2010)
Beragam potensi yang ada tak berbanding lurus dengan kunjungan wisatawan boleh dikata penyebab mendasarnya adalah kurang populer. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan menggiatkan promosi. Promosi haruslah efektif dalam manggaet wisatawan dan tidak mesti menghambur-hamburkan uang.
Banyak orang hendak ke suatu tempat karena sebelumnya, telah -bahkan acapkali- melihat di televisi, baik melalui iklan, program acara jalan-jalan, maupun film-film. Sekarang, film menjadi sajian fiksi yang bisa membuat orang berpikir seolah-olah yang ditampilkan itu nyata. Invasi kebudayaan dapat dilakukan dengan jenis hiburan yang ditampilkan di televisi dan bioskop tersebut. Korea misalnya, film serial dan aksi panggung artis-artisnya sekarang diminati di berbagai belahan dunia termasuk Eropa dan Amerika. Bahkan sebuah program televisi Amerika membuat liputan pada salah satu kota di Korea dan menyebutnya sebagai ‘kota yang patut dilirik‘. Membuat orang pada akhirnya tertarik mengunjungi tempat tersebut (Korea) sekadar ingin berpapasan dengan artis favoritnya atau menyaksikan kemegahan bangunan yang dilihatnya melalui televisi.
Dan bila anda ingin mengunjungi suatu tempat asing, maka yang biasa dilakukan masyarakat moderen adalah mencari banyak informasi melalui internet. Media siaran televisi dan situs online internet adalah yang paling digandrungi kini. Keduanya dapat jadi pilihan bijak untuk melakukan promosi.
Meski secara khusus peningkatan pengguna jasa media online mencapai jutaan pembaca, situs-situs yang beredar juga tak kalah banyak. Sangat sulit memastikan suatu situs ataukah postingan yang dibuat lantas menjadi pilihan dibaca banyak orang. Adapun situs yang populer saat ini antara lain facebook, twitter, google, juga wikipedia. Dan meski situs-situs populer itu tidak serta merta menjaringkan banyak pembaca ke situs yang dibuat, situs-situs tersebut tetap merupakan alat terbaik untuk promosi.
Cara yang bisa dilakukan adalah dengan memperkuat data base Sulsel  ke situs internet. Artinya, orang-orang dapat mengakses banyak informasi baik dengan bahasa lokal ataupun bahasa internasional, serta 'bahasa universal' seperti gambar atau foto-foto. Dimana informasi itu sifatnya mendukung perkembangan pariwisata Sulsel. Sayang sekali saat ini, belum banyak informasi mengenai titik-titik wisata di Sulsel yang disajikan dalam Bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia juga masih sangat terbatas, belum lagi foto-foto kategori populer di google tidak semenarik yang ditampilkan saat mengakses beberapa tempat ternama di luar negeri, seperti Paris, Roma, Seoul, atau Tokyo. Padahal sudah banyak loh kompetisi foto yang bersinggungan dengan pariwisata Sulsel. Foto-foto terbaik itu seharusnya sudah mengisi lembaran-lembaran populer di situs internet seperti Google atau Wikipedia.
Penguatan-penguatan di berbagai media memang tidak cukup dengan keterlibatan Dinas Pariwisata saja. Kegiatannya harus melibatkan banyak pihak dengan cara melakukan kerjasama. Kegiatan promosi bisa juga melalui kerjasama yang dilakukan dengan biro-biro perjalanan. Biro perjalanan jelas sangat membantu karena keterlibatannya langsung dalam hal promosi. Dan menjamurnya biro-biro perjalanan bisa dibilang sebagai sesuatu yang sangat menguntungkan. Alhamdulillah ya, sesuatu! (Meminjam istilahnya Syahrini).
  • 4.       Belajar dalam Memahami Kekurangan
 ‘Tak ada yang sempurna‘, hal itu menggambarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki kekurangan. Dan kita tidak bisa menutup mata pada kekurangan itu. Usaha mutlak untuk memperbaiki kekurangan yang masih bisa diperbaiki.
Ketika berkunjung di Bali kesan yang penulis dapatkan adalah, selain pemandangan yang menarik, juga merasakan atmosfir kebersihan dan keramahan di sana. Dimana itu memberikan kenyamanan tersendiri bagi penulis, yang pastinya juga dirasakan wisatawan di sana. Setelah mendapat kesan itu, tiap wisatawan biasanya akan meningkatkan standar kenyamanannya. Olehnya itu, penggiat pengembangan wisata di Sulsel harus memperhatikan level-level kenyamanan yang dibutuhkan setiap wisatawan.
Masih teringat jelas dalam ingatan penulis, ada sesuatu yang tampak berbeda dalam perjalanan di sekitar Pangkep beberapa tahun lalu. Kala itu saya sungguh takjub dengan kebersihan di sekitarnya, pemandangan yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tong-tong sampah telah melengkapi rumah-rumah di sana, dan tumpukan sampah seakan tak ada lagi.
Agustus 2010 menjadi kunjungan kedua saya ke Bira. Pantai Pasir Putih ini selalu tampak menawan dalam setiap kunjunganku. Sangat asik berfoto dan mengambil latar Bira di kejauhan.
Apa yang terlihat sekarang? Bahwa masih banyak sampah berserakan di jalan-jalan dan sudut-sudut halaman tempat tinggal sebagian besar warga Sulsel. Dukungan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan atmosfir Sulsel yang bersih dan ramah. Masyarakat harus menyadari pentingnya hal itu. Karena dukungan yang diberikan dalam meningkatkan kegiatan pariwisata tidak hanya sekadar meningkatkan pendapatan daerah tetapi juga kegiatan ekonomi masyarakat. Misalnya kemungkinan untuk dikembangkannya industri-industri kreatif dan seni, warung makan dan restoran, serta penginapan.
Peran yang dapat diambil dinas pariwisata terkait hal itu, adalah melakukan kegiatan sosialisasi tentang pentingnya pengembangan pariwisata, manfaatnya, serta peran serta masyarakat. Selanjutnya melakukan kerjasama dan kesepakatan-kesepakatan lintas sektor. Misalnya kerjasama dengan dinas kebersihan atau dinas pendidikan. Program itu dapat berbentuk pekan bersih di sekolah-sekolah. Sebab penanaman nilai-nilai seperti kebersihan dan bersikap ramah paling penting diberikan sejak dini. Selain itu, secara berkesinambungan memberi dukungan atas kampanye ‘Go Green‘ yang dapat diikuti seluruh masyarakat Sulsel, serta dukungan-dukungan terhadap kampanye ‘Makassar Tidak Kasar‘.
    Kain Tenun Masyarakat Toraja adalah cinderamata yang tidak boleh terlewatkan bila berkunjung ke Toraja. Motif yang unik dan beragam memberikan banyak pilihan bagi pembeli. (Photo by. Ahmad Yani Hasti)
  • 5.       Belajar dari yang Terbaik
Saya pernah mendengar ini dari mulut penulis lainnya, bahwa peniru yang baik tahu apa yang dia tiru dan menggunakan kreativitasnya untuk mengembangkan ide-ide tersebut. Berbicara tentang orisinalitas adalah menawarkan ide baru ke dalam ide yang sudah ada. Facebook yang digemari saat inipun memiliki kemiripan dengan situs-situs jejaring yang pernah ada sebelumnya. Seperti sistem pembukuan wajah di friendster dan fasilitas chatting dalam yahoo massenger. Hebatnya, Mark Zuckerberg (penemu facebook.com) mampu menggabungkan hal itu dan melakukan banyak inovasi. Alhasil, facebook digunakan jutaan penduduk dunia atas terobosan yang dilakukannya.
Kaitannya dengan pariwisata, yang terpikirkan oleh saya yaitu, kenapa tidak dinas pariwisata Sulsel membentuk lembaga riset untuk mempelajari daya tarik serta kebiasaan-kebiasaan dari kawasan-kawasan yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Atau mencoba mengirim staf-staf terbaik dan terlatihnya ke tempat-tempat yang paling digemari. Siapa yang menyangka dengan begitu, kita bisa belajar banyak dari sana dan mencoba untuk menerapkannya di Sulsel, tentunya, dengan disertai langkah-langkah yang lebih inovatif.

 Rabu (13-10-2010), Mursyida Nurfadilah mengenakan Baju Bodo (Pakaian Adat Suku Bugis-Makassar) yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan masyarakat Sulsel saat ini. Pemenang Kedua "Dai Muda Pilihan" ANTV Februari 2012 ini -kala itu/Oktober dua tahun lalu- berpose sebelum mengisi suatu acara pembukaan di kampus Unhas, Makassar. Demi melestarikan budaya dan mengembangkan pariwisata, penggunaan Baju Bodo harus terus digiatkan dalam pesta-pesta pernikahan atau pembukaan pertemuan berskala Nasional dan Internasional. (Photo by. Ahmad Yani Hasti) 
 Menilik ke beberapa tempat terkenal seperti Paris (Perancis), Korea, Singapura, Malaysia, dan Thailand, mereka punya alat promosi yang mendunia, yaitu film. Dari film, orang bisa melihat dan seolah merasakan keindahan negara tersebut. Baru-baru ini ada dua film yang berlatar belakang Kota Paris dan menjadi Nominasi Oscar untuk Film Terbaik 2011, yaitu “Midnight in Paris“ dan “Hugo“. Di Korea, film dan video klipnya telah menyerbu pasar-pasar dunia. Yang mana kebanyakan dari film itu berlatar belakang bangunan megah di Korea dan menampilkan tradisi-tradisi unik masyarakatnya. Lain lagi yang ada di salah satu negara di Asia Tenggara, yaitu Malaysia, menjadi lokasi syuting Don 2 yang diperankan Aktor Kenamaan India, Shah Rukh Khan.
Penggiat Pariwisata Sulsel boleh juga meniru itu melalui kerjasama dengan insan-insan perfilman. Sehingga Sulsel menjadi semakin masyhur. Saya sempat berangan-angan, seandainya punya banyak uang mungkin akan mengundang Gareth Huw Evans untuk membikin film berlatar belakang Sulsel. Heh! Gareth melalui filmnya “The Raid: Redemption aka Serbuan Maut“, walau bagaimana, telah membuat banyak warga mancanegara menjadi lebih tahu tentang Indonesia. Tapi hal tersebut tidak menjadi lebih penting kalau toh tidak mampu menghasilkan ide cerita yang bisa diterima pasar global. Meski tidak mudah, tapi bukankah itu usaha yang patut dicoba. Setidaknya, langkah yang bisa dilakukan yaitu mendokumentasikan pagelaran-pagelaran budaya serta keunikan Sulsel dalam bentuk video, kemudian mengunggahnya ke youtube.com.
 Terlepas dari kekurangan yang ada sekarang, dan bagaimanapun, Sulsel tetap kuat dengan pesona keindahan eksotis yang dimilikinya. Dan rasanya tidak pas hanya sekadar mengetahui tanpa membuktikannya langsung. Jadi kawan-kawan di seluruh penjuru dunia, ayo, Visit South Sulawesi!
Story by. Ahmad Yani Hasti



Ewako Visitors

Free counters!

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys