Ewako Le Coq-Orient

Tuesday, June 26, 2012

Menyingkap Ragam Pesona yang Membingkai Indonesia

Terdiri atas gugusan-gugusan pulau, yang kecil dan yang besar, mulai dari titik wilayah paling barat di Sabang hingga paling timur di Merauke. Itulah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sederhananya dapat disebut Indonesia. Tercatat lebih dari tujuh belas ribu pulau, menjadikan Indonesia sebagai Negara Kepulauan Terbesar di dunia.

Luas laut yang mengelilingi Indonesia adalah sekira 2/3 dari wilayah darat yang ada. Kondisi geografis ini menyebabkan banyak penduduk Indonesia harus hidup terpisah-pisah oleh lautan. Tetapi justru hal itulah yang menjadi salah satu faktor mengapa Indonesia menjadi lebih kaya akan budaya. Dan keanekaragaman itu semakin menambah kekayaan negara dalam segala aspek.

Salah satu semboyan yang kemudian populer di Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”. Secara harfiah, moto itu berarti “Berbeda-beda, satu itu” atau dapat diartikan “Berbeda-beda, tetapi tetap satu“. Oleh karena itu, tidak ada satupun daerah atau kekayaannya secara parsial yang benar-benar menjadi representasi Indonesia secara keseluruhan. Sebab masing-masing sudah merupakan satu-kesatuan. Hanya saja, memang ada beberapa bagian di Indonesia yang telah lebih dahulu menjadi perhatian dunia dan membuat Indonesia kian dikenal negara-negara asing. Beberapa bagian kecil itu, tentunya patut memberi rasa bangga dan diharapkan terus menyulutkan api semangat nasionalisme kita sebagai warga Indonesia.

Jadi biarpun selama berpuluh-puluh tahun terakhir, Indonesia tengah diterpa badai kemiskinan yang disebabkan derasnya hantaman korupsi, tetap saja ada begitu banyak hal membanggakan di tanah air ini yang membuat kita selalu percaya bahwa Negara Indonesia adalah negara yang kaya raya dan bukanlah negara yang tidak ada apa-apanya. Terkait itu, penulis akan mengajak pembaca untuk sedikit bernostalgia. Tujuan nostalgia ini adalah mengenal kembali apa yang Indonesia miliki, sebab apa yang kita punya ini, sedikit-banyak, mulai bahkan telah menyita perhatian orang-orang dari luar Indonesia.

Laut Indonesia dan Perahu Pinisi yang Melegenda

Foto: Mifda Hilmiyah --- Berfoto dengan lukisan perahu pinisi yang ada di Museum Fort Rotterdam Makassar, pertengahan Agustus 2010.
Masih ingat lirik, “Nenek moyangku orang pelaut, gemar mengarung luas samudra…”? Ya, ini adalah penggalan lirik yang mungkin anda sering dengar dan nyanyikan saat masih kanak-kanak. Lagu yang mulai hadir dan populer di era 1940-an ini, bagi penulis sangat memberi gairah ber-Indonesia. Liriknya diciptakan oleh Ibu Sud yang terkenal sebagai pencipta lagu anak-anak. Banyak sih yang bertanya-tanya, apa benar nenek moyang bangsa Indonesia seorang pelaut? Jawabannya ada beberapa versi jadi sulit memastikannya, tetapi satu yang pasti, Ibu Sud melakukan hal serupa yang banyak dilakukan orang-orang Indonesia dan leluhur-leluhurnya, dimana Ibu Sud telah menjadikan laut sebagai sumber inspirasinya.

Di Indonesia, tentu bukan hanya daratan kepulauannya yang memiliki kekayaan alam melimpah sampai-sampai Indonesia dinobatkan sebagai Mega Biodiversity (keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi), tetapi lautan di sekelilingnya pun terbukti sangat kaya. Kenyataannya, banyak nelayan asing yang sering tertangkap basah menjarah hasil laut kita. Sehingga pantaslah selama bertahun-tahun Laut Indonesia menjadi sumber kehidupan banyak penduduknya dan telah jadi lautan inspirasi bagi kita. Dan rasanya tidak berlebihan ada orang-orang yang beranggapan bahwa sebenarnya Indonesia ini Maha Kaya.

Di satu sisi lainnya, Laut Indonesia juga terbukti telah mengispirasi leluhur kita untuk menjelajahi samudra luas. Beberapa penulis luar dan dalam negeri telah melakukan sejumlah reportase, penelitian, dan memberikan kesaksian tentang kehebatan pendahulu kita dalam hal kemaritiman. Pada lembaran sejarah, jauh sebelum terbentuknya negara ini, saat itu kita belum menyebutnya Indonesia, leluhur kita sudah menjelajahi samudra yang luas menggunakan perahu, salah satunya yang disebut Pinisi.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Kerangka Pinisi yang hampir selasai dan tengah berada di lokasi pembuatannya di Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan, Minggu (24 Juni 2012).

Perahu tradisional Pinisi bentuknya sangat elegan, memiliki cucur yang panjang, dua tiang utama, serta tujuh helai layar yang dapat dimaknai bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia dapat mengarungi tujuh samudra di dunia. Pinisi sendiri, dibuat di kepulauan Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan oleh orang-orang Bugis dan Makassar yang kala itu masih berbentuk kerajaan-kerajaan. Menurut kitab Lontara I Babad La Lagaligo, Pinisi sudah ada sebelum abad ke 15. Konon cerita, pada abad ke 14, Pinisi pertama kali dibuat oleh Sawerigading, Putera Mahkota Kerajaan Luwu. Digunakan perahu itu untuk berlayar ke Tiongkok hendak meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai. Pinisi berhasil mengantar Sawerigading ke negeri Tiongkok dan memperistri Puteri We Cudai. Sungguh manis yah, ternyata orang dulu romantis juga, heh!

Berbeda yang tertulis dalam naskah Lontara, beberapa sejarawan juga ada yang beranggapan bahwa Pinisi baru eksis di tahun 1800-an, yakni di zaman kolonial. Saat itu Sulawesi sudah menjadi pusat jalur perdagangan nusantara dan terhubung oleh orang-orang dari Cina, Arab, Persia, dan Eropa. Maka pinisi dibuat sebagai kapal kargo atau pengangkutan barang.

Kekayaan alam Indonesia terutama rempah-rempah rupanya sangat menarik perhatian sejumlah penjelajah dari Eropa dan mereka bermaksud menguasainya. Lalu Pinisi pun dirancang sebagai kapal perang untuk menghentikan monopoli tersebut. Bahkan ada juga sumber yang menyebut Pinisi turut memberi bantuan terhadap Indonesia dalam meraih kemerdekaannya. Jadi, selama berabad-abad, Pinisi telah melalui banyak transformasi. Sampai pada tahun-tahun kemerdekaan Indonesia, pun Pinisi dipesan oleh orang-orang asing untuk dijadikan kapal pesiar dan dibuat menggunakan mesin yang lebih canggih.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Minggu (24 Juni 2012), beberapa pekerja yang sedang dalam proses pengerjaan perahu pinisi diantaranya pemotongan (atas, dan kanan bawah) serta penyambungan (kiri bawah).

Pada Era Millenium ini, sungguh disayangkan karena Pinisi sudah jarang ditemukan. Dan tidak banyak lagi daerah yang tetap mendirikan perahu jenis ini. Salah satu daerah pembuatan Pinisi yang masih eksis berada di Bulukumba. Meski sudah jarang ditemukan, sesekali Pinisi masih dapat dilihat jika ada pagelaran Festival Perahu Pinisi, selebihnya anda dapat melihatnya dalam bentuk miniatur yang dijual di toko-toko cinderamata. Selain Pinisi, masih ada aneka kapal lain yang dibangun leluhur kita di Sulawesi pada waktu lampau dan era yang hampir bersamaan. Diantaranya Padewakang, Panawa, Palari, dan Bingga, serta ada juga jenis perahu Sandeq yang dibuat oleh orang-orang Mandar yang bertempat di wilayah Sulawesi Barat.

Surga Kadal Raksasa di Pulau Komodo

Seperti namanya, Pulau Komodo memang menjadi rumah tinggal bagi sejumlah komodo yang tergolong sebagai spesies kadal terbesar di dunia ini. Dikatakan kadal raksasa dan terbesar di dunia karena kadal ini memang memiliki perawakan yang jauh lebih besar dari beberapa jenis kadal pada umumnya. Panjangnya rata-rata dua hingga tiga meter dan kebanyakan komodo dewasa beratnya melampaui seratus kilogram. Dan entah bagaimana ceritanya, komodo atau yang disebut juga biawak komodo itu bisa berkumpul dan membentuk komunitas di sana. Heh, tapi menurut penulis, justru itulah misteri keunikannya.

Baru-baru ini, tepatnya penghujung tahun 2011 lalu, Pulau Komodo telah dinobatkan sebagai Tujuh Keajaiban Dunia kategori Pemandangan Alam oleh lembaga yang dinamakan New 7 Wonders. Pemilihan telah dilakukan baik secara online melalui vote langsung di www.N7W.com juga lewat situs jejaring seperti facebook dan twitter, serta dengan mengirim sms menggunakan telekomunikasi seluler.

Sudah selayaknya Pulau Komodo mendapat kehormatan itu, mengingat di pulau tersebut bermukim lebih dari seribu komodo yang termasuk hewan langka. Komodo terbilang langka karena secara alamiah memang hanya dapat ditemukan di beberapa kawasan di Indonesia, yakni di sekitar Kepulauan Nusa Tenggara. Selain di Pulau Komodo, habitat asli komodo bertempat di pulau-pulau lainnya yang masih dalam kawasan Kepulauan Nusa Tenggara diantaranya Pulau Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami.

Dari pulau-pulau tersebut beberapa komodo diambili untuk ditangkarkan ke sejumlah kebun binatang dalam dan luar negeri. Tapi hasilnya mengecewakan karena mereka kesulitan bertahan hidup dan berkembang biak. Selain itu, selama bertahun-tahun, komodo juga telah menjadi bahan penelitian bagi tak sedikit orang asing. Dan masih banyak aktivitas manusia lainnya yang menyebabkan penyusutan populasi komodo di alam bebas. Karena itu, IUCN lalu memasukkan dalam catatan merahnya dan menyatakan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan.

Sebagai bentuk perhatian pemerintah, dibuatlah peraturan pemerintah terkait perlindungan dan pemeliharaan Komodo dengan menjadikan Pulau Komodo sebagai Taman Nasional. Sejak itu, pelancong pun mulai berdatangan ke sana.

Sekadar catatan, bila memiliki pendarahan yang parah utamanya perempuan yang menstruasi sebaiknya tidak ikut dalam kegiatan wisata menyaksikan komodo. Juga disarankan tidak menggunakan parfum yang menyengat dan berjalan sendirian. Reptil ini biasa menyerang individu manusia dan sangat sensitif terhadap darah serta aroma-aroma tertentu. Utamanya bau darah, komodo biasanya akan mengikuti dan mengejar asal darah karena dianggapnya sebagai mangsa, meski dari jarak beberapa kilometer.

Seekor komodo dapat berlari cepat. Dia mampu mengejar mangsa dengan kecepatan melampaui 20 kilometer perjam. Digigit dan terkena liur komodo dapat menyebabkan infeksi yang parah. Bila tidak segera ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Liurnya mengandung berbagai jenis bakteri dan sebagian besar mematikan. Seram yah, tetapi keunikan pulau dan kelangkaan hewan ini tetap menjadi daya tarik yang memikat banyak turis terutama turis asing. Betapa tidak, di tempat ini pengunjung benar-benar merasakan sensasi petualangan alam bebas ditemani kawanan komodo. Tak seperti kebun binatang, di sana anda tak perlu melihat deretan kawat atau pagar yang membikin anda merasa berada dalam kurungan.

Di Pulau tersebut pemandu yang biasa disebut ranger akan menemani anda bertualang. Meski menyewa seorang ranger mungkin akan cukup menguras kantong, tetapi yakinlah setiap lembar yang dikeluarkan takkan sebanding dengan pengalaman menarik dan cerita yang diperoleh. Saya memang belum pernah ke sana, namun Pulau Komodo ini sudah masuk dalam daftar tujuan perjalananku.

Pulau Bali yang Penuh Daya Tarik

Perjalanan pertama saya di Bali pada Juli 2009 lalu bersama tiga kawanku. Penulis belum pernah ke sana lagi sejak itu. Meski sudah tiga tahun berlalu, perjalanan itu masih meninggalkan kesan yang dalam. Bali merupakan tempat yang bersih, orang-orangnya ramah, dan memiliki sejumlah pemandangan alam yang hijau, menarik, juga menyejukkan. Selain itu, orang-orang Bali pun masih menjaga tradisi yang dimilikinya dengan sangat apik.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Monumen Rakyat Bali di Bulan Juli 2009.

Hangat mentari, pantai-pantai pasir putih yang terawat, perbukitan yang sejuk, dan kentalnya nuansa budaya di Bali itulah yang mengharumkan namanya ke berbagai penjuru dunia. Terbukti pulau tersebut sering menjadi tempat liburan sederet selebritis kenamaan dunia. Sebut saja Penyanyi Remaja Justin Bieber dan Aktris Peraih Oscar Julia Roberts. Bali adalah nama pulau yang sudah sangat populer di kalangan wisatawan. Setiap hari, tiada henti-hentinya turis mancanegara berdatangan di pulau tersebut.

Pakaian Nasional Bernama Batik

Terkait pakaian atau busana, sejak dahulu orang Indonesia utamanya Perempuan-perempuan Indonesia sudah memiliki kemampuan seni yang cukup baik. Dari dulu, Perempuan Indonesia terbilang sangat kreatif dalam menghasilkan dan mengkreasikan busana-busana yang variatif. Salah satu busananya yang merupakan warisan budaya Indonesia adalah batik. Dan di waktu lampau, Perempuan-perempuan khususnya di Jawa menjadikan kerajinan batik sebagai mata pencaharian mereka. Pakaian dengan motif beragam ini diyakini telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit.

Batik cukup populer di luar negeri. Salah satu serial komedi Amerika yang terkenal di masanya, yaitu Murphy Brown (produksi 1988-1999) pernah menayangkan satu episode yang menyinggung bahwa batik berasal dari Indonesia. Saat itu, Murphy yang diperankan Candice Bergen diceritakan mengunjungi pesta yang diadakan rekannya bernama Jim Dial. Bukannya berlangsung bahagia, pesta justru berjalan kaku, ribut, tamu-tamu yang hadir menjadi tegang, dan berakhir dengan kekacauan. Film ini cukup membuat saya terpingkal-pingkal sekaligus semakin bangga dengan nama batik yang disebutnya.

Batik juga sering digunakan tokoh-tokoh terkenal dunia dalam berbagai kegiatan. Salah satunya Nelson Mandela yang populer lewat politik anti apartheidnya. Nelson yang menjabat presiden Afrika Selatan dari 1993 hingga 1998, kala itu melakukan kunjungan ke Indonesia. Dia diberi pakaian batik dan langsung jatuh hati dengan pakaian bercorak unik itu. Sejak saat itu, batik pun menjadi sangat populer di Afrika.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Tanjung Bira, Minggu (24 Juni 2012), kawanku Esa Ramadana sedang memeragakan batik yang dapat digunakan dalam segala suasana, formil (kiri) dan santai (kanan).

Lembaga Dunia UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia sejak 2 Oktober 2009. Mulai saat itu, setiap tahunnya di tanggal yang sama diperingati Hari Batik Nasional. Baju batik pun mendapat tempat sebagai pakaian nasional. Kemudian batik kian merebak ke masyarakat dan secara rutin digunakan dalam perkantoran juga sekolah-sekolah, baik dalam kegiatan formil maupun aktivitas sehari-hari.

Tahun 1996 saat usiaku hampir memasuki sepuluh tahun, saya berkesempatan menyaksikan langsung proses pembuatan batik di Cirebon. Kala itu, saya menemani Ibuku berbelanja batik langsung di tempat produksinya. Harga satuan batik di tempat itu relatif murah, kala itu hanya berkisar puluhan hingga ratusan ribu rupiah. Di sana, saya menyaksikan beberapa wanita paruh baya tengah disibukkan dengan kegiatan membatik. Tangannya diayun-ayunkan dan melukis di atas secarik kain putih. Kemudian melewati beberapa proses yang cukup rumit. Tak heran batik lantas menjadi karya seni warisan Perempuan Indonesia yang bernilai tinggi. Di tangan desainer-desainer kenamaan Indonesia, kini batik dibuat menjadi lebih moderen dengan nilai jual yang dapat mencapai jutaan rupiah.

Bukan di Cirebon saja yang terkenal dengan industri batiknya tetapi di beberapa tempat lain seperti Pandeglang, Surakarta, Yogyakarta, Pekalongan, Garut, dan Tasikmalaya. Selain batik, beberapa pakaian tradisional yang terkenal di nusantara adalah busana kebaya, baju bodo dari Sulawesi Selatan, busana khas Dayak dari Kalimantan, kain ulos khas Batak dari Sumatera Utara, busana khas Minangkabau berupa baju kurung dan songket dari Sumatera Barat, serta koteka yang berasal dari Papua. Sangat variatif, bukan?

Aneka Jajanan Indonesia

Salah satu dampak positif lainnya atas kondisi laut yang memisahkan orang-orang Indonesia di berbagai daerah adalah tanah air Indonesia makin kaya dengan resep-resep makanan. Takkan banyak orang asing yang menyangka setiap suku di Indonesia umumnya memiliki karakteristik dan kebiasaan yang berbeda-beda dalam mengolah bahan makanan. Di Indonesia, dari satu jenis bahan utama dapat dihasilkan beraneka ragam makanan.

Makanan utama orang Indonesia adalah nasi. Beragam jenis lauk pun dihidangkan bersama nasi, bahkan nasi juga dikreasikan ke beberapa jenis makanan seperti nasi kuning, nasi goreng, nasi uduk, dan nasi tumpeng. Makanan lainnya, makanan berbahan sagu seperti kapurung dari Sulawesi Selatan, sinonggi dari Sulawesi Tenggara, dan papeda dari Maluku dan Papua. Bahkan mie yang aslinya berasal dari Negeri Tirai Bambu (Cina), oleh orang-orang Indonesia utamanya yang beretnis Tionghoa dihasilkan beragam makanan. Ada jenis Mie Kering dari Makassar, Mie Cakalang dari Manado, Mie Aceh, Mie Pangsit, Mie Goreng, dan masih banyak lagi.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Aneka jajanan Indonesia yang dapat ditemukan di daerah Sulawesi Selatan seperti Coto Makassar (kiri atas), Sop Konro (kanan atas), dan Mie Kering (bawah).

Kondisi alam Indonesia memang menguntungkan bagi penduduknya untuk menghasilkan santapan yang bermacam-macam. Banyak jenis hewan laut, hewan air tawar, dan hewan ternak yang berkembang biak. Selain itu, berbagai jenis tanaman juga bertumbuh yaitu aneka sayuran, buah-buahan juga rempah-rempah. Alhasil, hidangan yang dihadirkan sangat kaya rasa. Manis, Asam, Asin, Pedas, dan Ekstra Pedas yang Menggigit di lidah. Pokoknya ramai rasanya, mengguncangkan lidah dan membikin saya ingin mengucapkan kata, “lezat”. Orang-orang Italia biasanya akan bilang “delizioso”. Akhir kata, selamat bertualang!

Story by. Ahmad Yani Hasti


*Referensi
- http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia
- http://id.wikipedia.org/wiki/Pinisi
- http://www.kastenmarine.com/phinisi_history.htm
- http://www.nytimes.com/2010/09/22/fashion/22iht-ACAYPIN.html?_r=1&pagewanted=all
- http://id.wikipedia.org/wiki/Komodo
- http://id.wikipedia.org/wiki/Batik

Ewako Visitors

Free counters!

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys