Ewako Le Coq-Orient

Monday, April 02, 2012

Memekarkan Turisme dan Eksotisme Sulawesi Selatan


Pada perkembangannya wisata sudah menjadi semacam kebutuhan. Turisme atau segala sesuatu yang berhubungan dengan pariwisata atau disebut juga perpelancongan mulai jadi bagian tak terpisahkan dengan pribadi manusia. Melalui perjalanan wisata, orang-orang dapat belajar banyak hal misalnya sejarah dan kebudayaan. Wisata juga bagus untuk menenangkan pikiran setelah bekerja keras, misalnya wisata yang dilakukan untuk mengisi liburan, atau untuk beribadah seperti ziarah dan naik haji.
Kini, hampir semua orang sudah memiliki daftar dalam kepalanya masing-masing tentang tempat mana saja di seluruh dunia ini yang akan dikunjunginya. Ini disebabkan oleh akses informasi yang semakin terbuka lebar. Terutama sejak televisi beralih ke receiver digital dilengkapi warna gambar yang tajam serta kehadiran situs online yang telah menyebar bak virus.
Sulawesi Selatan (Sulsel) sendiri sudah merupakan satu provinsi dengan banyak kawasan wisata yang eksotis. Begitupun di tempat-tempat lain yang ada di seluruh Indonesia. Dimana eksotisme yang dimiliki Indonesia termasuk Sulsel tak kalah dengan yang ada di luar negeri. Masalahnya, ada berapa banyak orang di dunia ini yang terlintas dipikirannya dengan nama ‘Sulawesi Selatan’. Angka itu makin kecil saja bila menghitung jumlah orang yang ingin melakukan kunjungan di Sulsel.
Kawan-kawanku (depan ke belakang: Sindbad, Hery, Ela, Anti) saat berfoto di Kabupaten Sidrap dengan area pertanian yang luas, Minggu (30-1-2011). Pemandangan hijau seperti ini lazim ditemui bila melakukan perjalanan panjang di Sulsel, sebab Sulsel memiliki tanah pertanian dan perkebunan yang luas. Sulsel pilihan tepat untuk melakukan wisata pertanian. (Photo by. Ahmad Yani Hasti)
Meski begitu, jangan pernah ada kata terlambat yang bernada pesimis untuk menyukseskan kegiatan pengembangan pariwisata Sulsel. Kata-kata seperti ‘terlambat’ atau ‘tidak mungkin’ hilangkanlah dalam kamus anda. Perubahan pasti ada tergantung bagaimana keinginan untuk mengubahnya dan terobosan apa saja yang dilakukan. Walau perubahannya tidak berlangsung sekarang, mungkin di waktu yang akan datang. Berkaitan itu, penulis mencoba berbagi gagasan tentang langkah-langkah yang dibutuhkan guna meningkatkan kegiatan industri pariwisata di Sulsel.
  • 1.       Memahami Karakteristik dan Keinginan Wisatawan
Perlu diketahui untuk siapa pengembangan pariwisata Sulsel dilakukan. Apakah untuk menarik wisatawan asing atau wisatawan domestik? Pertanyaan ini merujuk pada karakteristik wisatawan agar bisa memahami keinginannya masing-masing. Karakteristik wisatawan dapat diklasifikasikan berdasarkan sosio-demografis, geografis, psikografis, dan tingkah laku. Sosio-demografis berhubungan dengan kondisi sosial yang dikaitkan ilmu kependudukan misalnya jenis kelamin, jumlah keluarga, status pernikahan dan pekerjaan. Klasifikasi yang paling bisa menunjukkan bentuk-bentuk kegiatan pariwisata adalah karakteristik berdasarkan sosio-demografis itu.
Bentuk kegiatan pariwisata dapat dibedakan berdasarkan lama perjalanan dan jenis wisatanya. Dan dewasa ini, jenis wisata dapat dibedakan antara lain wisata budaya, wisata maritim/bahari, wisata cagar alam, wisata konvensi, wisata pertanian (agrowisata), wisata kesehatan, wisata olahraga, wisata petualangan, wisata buru, wisata ziarah, wisata bulan madu, wisata keluarga, wisata kosmopolitan, dan wisata kuliner. Pengenalan karakteristik penting untuk membantu kita dalam menentukan sasaran pengembangan pariwisata Sulsel. Misalnya ingin menggaet wisatawan mancanegara, secara otomatis kita harus menyediakan segala sesuatu berdasarkan standar mereka, yaitu standar Internasional.
Perjalanan luar negeri biasanya tidak terlalu memperhatikan harga tetapi lebih mengutamakan kenyamanan. Dan itu berbeda dengan wisatawan lokal di Indonesia dengan mayoritas penduduk berpendapatan sedang dan rendah, akan sangat sensitif terhadap perubahan harga. Perjalanan murah masih jadi favorit. Tak heran beberapa biro penerbangan menyediakan paket perjalanan murah tersebut.
Terkait minat warga dunia dalam memilih jenis wisata, sebuah Polling diselenggarakan tahun 2010 dan dikeluarkan Februari 2011 oleh IPSOS yaitu lembaga riset dunia yang berpusat di Perancis. Polling yang dikeluarkan itu melibatkan 18,778 responden dari 24 negara termasuk Indonesia. Mengungkapkan bahwa dalam memilih jenis wisata untuk liburan, warga dunia paling banyak memilih ‘bersantai dan melihat-lihat pemandangan’ (35 persen), disusul jenis wisata yang melibatkan “petualangan di luar ruang” (19 persen), “untuk anak-anak dan keluarga” (19 persen), serta “menyatu dengan kebudayaan” (17 persen), sementara “kosmopolitan” (5 persen), dan “mencari sensasi berpetualang” (5 persen) adalah dua pilihan yang paling sedikit dipilih masyarakat dunia secara global.
Ilustrasi: Ummul Masir
Untuk Indonesia sendiri, IPSOS melaporkan bahwa 39 persen respondennya —paling banyak— suka jenis wisata yang berorientasi keluarga dan anak-anak misalnya kunjungan ke taman bermain, perjalanan satu hari ke luar kota, berenang, menginap di hotel yang punya program untuk anak-anak. Lalu jenis wisata kedua yang diminati adalah santai dan melihat-lihat pemandangan seperti tur keliling kota dengan bis, tur dengan kapal, mengunjungi restoran lokal, atau menyaksikan pertunjukan yang populer, sebesar 29 persen. Wisata ‘santai dan melihat-lihat pemandangan’ ini adalah yang paling disukai di Jerman, sebanyak 45 persen.
Sementara yang paling sedikit diminati warga Indonesia, dua terendah yaitu jenis wisata kosmopolitan —seperti belanja di tempat ternama, makan di restoran terkenal dan mengharapkan ketemu selebriti— dipilih oleh 4 persen responden,  serta mencari petualangan dengan kegiatan memacu adrenalin —seperti menjelajah tempat tinggi, meluncur di lereng salju, naik helikopter atau petualangan di air— dipilih 3 persen responden. Dengan informasi seperti ini, Dinas Pariwisata juga Biro-biro perjalanan dapat merencanakan promosi yang tepat untuk dilakukan di tiap-tiap kawasan.
  • 2.       Mengenali Potensi Sendiri
Sulawesi Selatan tentunya memiliki potensi yang sangat baik bagi pariwisata. Jenis wisata yang dapat ditawarkan tidak kalah dengan yang disajikan di negara-negara lain. Sajian wisatanya beragam dan terbilang cukup lengkap. Akan tetapi, apa anda menyadarinya?
Ada satu cerita kenapa saya memutuskan membuat blog pariwisata ini dan secara khusus mempromosikan Sulsel. Cerita bermula Desember 2009, ketika saya berwisata ke Bira, yaitu pantai pasir putih sekaligus tanjung di Kabupaten Bulukumba. Kawan-kawan seperjalanan saya berfoto-foto dengan wisatawan asal Perancis. Tanpa mengenalnya lebih lanjut, saya menanyakan pendapatnya tentang Bira. Perempuan belia Perancis itu bilang tempat ini (Bira) seperti Bali kedua. Perihal yang juga dirasakan penulis.
Di tahun yang sama, enam bulan sebelumnya, penulis juga kebetulan sudah pernah menjelajahi sebagian besar kawasan di Bali termasuk Pantai Kuta. Dan menurut hemat saya, Bira dan Pantai Kuta memiliki keindahan yang sepadan. Hal yang lantas dapat saya tafsirkan dari pernyataan si turis asing itu, bahwa Bira tak kalah cantik dengan pantai-pantai di Pulau Bali. Hanya saja Bali kini sudah jauh populer dan telah meningkatkan standarnya dibandingkan Bira ataupun titik-titik wisata lainnya di Sulsel. Kemasyhuran Bali sudah ‘tercium‘ luas ke luar negeri. Banyak selebriti dunia diberitakan telah berlibur di sana. Bahkan peraih artis terbaik piala Oscar -Julia Roberts- pernah bermain sebuah film hollywood berjudul ‘Eat Pray Love‘ di Bali.
Selain itu, masih banyak cerita yang mendorong saya agar terus memanfaatkan waktu luangku bepergian dan menulis secara sukarela di Blog ini. Cerita lainnya, sebut saja tentang naskah kuno I La Galigo yang tersimpan di Museum Fort Rotterdam, Makassar. Pementasan Skrip I La Galigo yang menerima sukses besar 2011 lalu di Makassar, ternyata sebelumnya sudah pernah dipentaskan di luar negeri dan mendapat tanggapan positif. Sejak 2003 hingga 2008, I La Galigo sudah dipentaskan di Singapura, Amsterdam (Belanda), Barcelona, Madrid, Lyon, Ravenna, New York, Melbourne, Milan dan Taipei. Sangat membanggakan, bukan? Kalau mau lihat skrip aslinya di museum, ayo Visit South Sulawesi!
Blog Ewako1 Le Coq-Orient2 (1Makassar: Berjuanglah,  2Perancis: Ayam Jantan dari Timur) ini saya harapkan bisa mempopulerkan Sulsel di mata dunia. Beragam jenis wisata yang dapat ditawarkan Sulsel adalah potensi besar yang membuat saya memiliki keyakinan Sulsel akan dilirik turis mancanegara. Untuk wisata budaya, Sulsel punya tradisi masyarakat Toraja yang sudah cukup terkenal seperti Rambu Tuka (Upacara Syukuran) dan Rambu Solok (Upacara Kematian) dengan Rumah Tradisional Tongkonan yang masih terpelihara, juga ada tradisi perayaan maulid penduduk Desa Cikoang di Takalar yang disebut Maudu’ Lompoa.

Spesies kupu-kupu yang banyak dijumpai di Taman Nasional Bantimurung, Sulsel. (Photo by. Ahmad Yani Hasti)
  Sementara itu, untuk wisata maritim/bahari, wisatawan dapat dimanjakan pemandangan Pantai Bira serta pemandangan bawah laut di Samalona, Kapoposang ataupun di Taman Nasional Taka Bonerate yang terkenal sebagai atol terbesar ketiga di dunia. Atol adalah pulau karang berbentuk lingkaran. Buat yang gemar diving, snorkeling, dan melakukan pemotretan alam laut, Taka Bonerate menjadi pilihan tepat, sebab di Taka Bonerate terdapat ratusan spesies fauna laut.
Wisata cagar alam bisa dilakukan dengan mengunjungi Cagar Alam Faruhumpenai yang merupakan Daerah Aliran Sungai beberapa sungai di kawasan Malili dan sekitarnya. Cagar Alam ini bersama Cagar Alam Kalaena dan Cagar Alam Ponda-ponda menjadi bank plasma nutfah jenis Diospyros Celebica (Kayu Hitam) yang merupakan pohon endemik di Kepulauan Sulawesi. Selain tiga cagar alam itu, Taman Nasional Bantimurung juga menjadi salah satu pilihan menarik jenis wisata ini. Bantimurung adalah habitat berbagai spesies Kupu-kupu (sampai dijuluki Kerajaan Kupu-kupu) dan di sana pengunjung bisa menikmati permandian air terjun.
Wisata pertanian (agrowisata) dapat dilakukan di Pucak Maros dan di Malino ke wilayah-wilayah perkebunannya. Kesejukan udara di dua tempat tersebut menjadi salah satu daya tariknya. Selain itu, dengan perjalanan panjang di sekeliling Sulsel, mata akan dimanjakan pemandangan hijau dari bukit dan pegunungan serta tanah pertanian seperti yang ada di Sidrap dan Sinjai. Yang gemar bertualang dapat melakukan pendakian di Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang. Untuk wisata keluarga, terutama yang punya anak kecil, dapat mengajaknya ke Taman Hiburan Trans Studio Makassar.
Coto Makassar menjadi makanan favorit sebagian besar warga Makassar. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya warung-warung yang menyajikan hidangan ini. Bagi pendatang yang tidak terbiasa, mungkin akan menganggapnya sebagai kuliner ekstrim. (Photo by. Ahmad Yani Hasti/ Date Taken: 4-1-2011)
Yang hobi makan, dapat mencicipi berbagai kuliner unik di Sulsel seperti Es Teler, Kapurung (makanan kenyal yang terbuat dari sagu), Coto Makassar (sejenis sup sapi dimana isinya terdiri dari daging dan jeroan-jeroan sapi), Sanggara Peppe’ (Pisang goreng yang dipipihkan dan dimakan dengan sambal pedas), dan Palekko (Masakan dari bebek/itik dengan bumbu pedas). Sementara jenis wisata lain, antara lain wisata konvensi, wisata kesehatan, wisata olahraga, wisata buru, wisata ziarah, wisata bulan madu, dan wisata kosmopolitan, masih harus terus dikembangkan. Center Point of Indonesia yang kini dalam pembangunan boleh dikatakan sebagai salah satu pengharapan. Melalui pembangunan itu, kelak akan menambah daya tarik Sulsel, termasuk dalam menambah keragaman jenis-jenis wisata yang ditawarkannya.
  • 3.       Penguatan Data Base Online dan Kerjasama
Tongkonan -Rumah Adat Suku Toraja- menjadi salah satu daya tarik turis mancanegara. (Photo by. Ahmad Yani Hasti/ Date Taken: 10-12-2010)
Beragam potensi yang ada tak berbanding lurus dengan kunjungan wisatawan boleh dikata penyebab mendasarnya adalah kurang populer. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan menggiatkan promosi. Promosi haruslah efektif dalam manggaet wisatawan dan tidak mesti menghambur-hamburkan uang.
Banyak orang hendak ke suatu tempat karena sebelumnya, telah -bahkan acapkali- melihat di televisi, baik melalui iklan, program acara jalan-jalan, maupun film-film. Sekarang, film menjadi sajian fiksi yang bisa membuat orang berpikir seolah-olah yang ditampilkan itu nyata. Invasi kebudayaan dapat dilakukan dengan jenis hiburan yang ditampilkan di televisi dan bioskop tersebut. Korea misalnya, film serial dan aksi panggung artis-artisnya sekarang diminati di berbagai belahan dunia termasuk Eropa dan Amerika. Bahkan sebuah program televisi Amerika membuat liputan pada salah satu kota di Korea dan menyebutnya sebagai ‘kota yang patut dilirik‘. Membuat orang pada akhirnya tertarik mengunjungi tempat tersebut (Korea) sekadar ingin berpapasan dengan artis favoritnya atau menyaksikan kemegahan bangunan yang dilihatnya melalui televisi.
Dan bila anda ingin mengunjungi suatu tempat asing, maka yang biasa dilakukan masyarakat moderen adalah mencari banyak informasi melalui internet. Media siaran televisi dan situs online internet adalah yang paling digandrungi kini. Keduanya dapat jadi pilihan bijak untuk melakukan promosi.
Meski secara khusus peningkatan pengguna jasa media online mencapai jutaan pembaca, situs-situs yang beredar juga tak kalah banyak. Sangat sulit memastikan suatu situs ataukah postingan yang dibuat lantas menjadi pilihan dibaca banyak orang. Adapun situs yang populer saat ini antara lain facebook, twitter, google, juga wikipedia. Dan meski situs-situs populer itu tidak serta merta menjaringkan banyak pembaca ke situs yang dibuat, situs-situs tersebut tetap merupakan alat terbaik untuk promosi.
Cara yang bisa dilakukan adalah dengan memperkuat data base Sulsel  ke situs internet. Artinya, orang-orang dapat mengakses banyak informasi baik dengan bahasa lokal ataupun bahasa internasional, serta 'bahasa universal' seperti gambar atau foto-foto. Dimana informasi itu sifatnya mendukung perkembangan pariwisata Sulsel. Sayang sekali saat ini, belum banyak informasi mengenai titik-titik wisata di Sulsel yang disajikan dalam Bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia juga masih sangat terbatas, belum lagi foto-foto kategori populer di google tidak semenarik yang ditampilkan saat mengakses beberapa tempat ternama di luar negeri, seperti Paris, Roma, Seoul, atau Tokyo. Padahal sudah banyak loh kompetisi foto yang bersinggungan dengan pariwisata Sulsel. Foto-foto terbaik itu seharusnya sudah mengisi lembaran-lembaran populer di situs internet seperti Google atau Wikipedia.
Penguatan-penguatan di berbagai media memang tidak cukup dengan keterlibatan Dinas Pariwisata saja. Kegiatannya harus melibatkan banyak pihak dengan cara melakukan kerjasama. Kegiatan promosi bisa juga melalui kerjasama yang dilakukan dengan biro-biro perjalanan. Biro perjalanan jelas sangat membantu karena keterlibatannya langsung dalam hal promosi. Dan menjamurnya biro-biro perjalanan bisa dibilang sebagai sesuatu yang sangat menguntungkan. Alhamdulillah ya, sesuatu! (Meminjam istilahnya Syahrini).
  • 4.       Belajar dalam Memahami Kekurangan
 ‘Tak ada yang sempurna‘, hal itu menggambarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki kekurangan. Dan kita tidak bisa menutup mata pada kekurangan itu. Usaha mutlak untuk memperbaiki kekurangan yang masih bisa diperbaiki.
Ketika berkunjung di Bali kesan yang penulis dapatkan adalah, selain pemandangan yang menarik, juga merasakan atmosfir kebersihan dan keramahan di sana. Dimana itu memberikan kenyamanan tersendiri bagi penulis, yang pastinya juga dirasakan wisatawan di sana. Setelah mendapat kesan itu, tiap wisatawan biasanya akan meningkatkan standar kenyamanannya. Olehnya itu, penggiat pengembangan wisata di Sulsel harus memperhatikan level-level kenyamanan yang dibutuhkan setiap wisatawan.
Masih teringat jelas dalam ingatan penulis, ada sesuatu yang tampak berbeda dalam perjalanan di sekitar Pangkep beberapa tahun lalu. Kala itu saya sungguh takjub dengan kebersihan di sekitarnya, pemandangan yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tong-tong sampah telah melengkapi rumah-rumah di sana, dan tumpukan sampah seakan tak ada lagi.
Agustus 2010 menjadi kunjungan kedua saya ke Bira. Pantai Pasir Putih ini selalu tampak menawan dalam setiap kunjunganku. Sangat asik berfoto dan mengambil latar Bira di kejauhan.
Apa yang terlihat sekarang? Bahwa masih banyak sampah berserakan di jalan-jalan dan sudut-sudut halaman tempat tinggal sebagian besar warga Sulsel. Dukungan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan atmosfir Sulsel yang bersih dan ramah. Masyarakat harus menyadari pentingnya hal itu. Karena dukungan yang diberikan dalam meningkatkan kegiatan pariwisata tidak hanya sekadar meningkatkan pendapatan daerah tetapi juga kegiatan ekonomi masyarakat. Misalnya kemungkinan untuk dikembangkannya industri-industri kreatif dan seni, warung makan dan restoran, serta penginapan.
Peran yang dapat diambil dinas pariwisata terkait hal itu, adalah melakukan kegiatan sosialisasi tentang pentingnya pengembangan pariwisata, manfaatnya, serta peran serta masyarakat. Selanjutnya melakukan kerjasama dan kesepakatan-kesepakatan lintas sektor. Misalnya kerjasama dengan dinas kebersihan atau dinas pendidikan. Program itu dapat berbentuk pekan bersih di sekolah-sekolah. Sebab penanaman nilai-nilai seperti kebersihan dan bersikap ramah paling penting diberikan sejak dini. Selain itu, secara berkesinambungan memberi dukungan atas kampanye ‘Go Green‘ yang dapat diikuti seluruh masyarakat Sulsel, serta dukungan-dukungan terhadap kampanye ‘Makassar Tidak Kasar‘.
    Kain Tenun Masyarakat Toraja adalah cinderamata yang tidak boleh terlewatkan bila berkunjung ke Toraja. Motif yang unik dan beragam memberikan banyak pilihan bagi pembeli. (Photo by. Ahmad Yani Hasti)
  • 5.       Belajar dari yang Terbaik
Saya pernah mendengar ini dari mulut penulis lainnya, bahwa peniru yang baik tahu apa yang dia tiru dan menggunakan kreativitasnya untuk mengembangkan ide-ide tersebut. Berbicara tentang orisinalitas adalah menawarkan ide baru ke dalam ide yang sudah ada. Facebook yang digemari saat inipun memiliki kemiripan dengan situs-situs jejaring yang pernah ada sebelumnya. Seperti sistem pembukuan wajah di friendster dan fasilitas chatting dalam yahoo massenger. Hebatnya, Mark Zuckerberg (penemu facebook.com) mampu menggabungkan hal itu dan melakukan banyak inovasi. Alhasil, facebook digunakan jutaan penduduk dunia atas terobosan yang dilakukannya.
Kaitannya dengan pariwisata, yang terpikirkan oleh saya yaitu, kenapa tidak dinas pariwisata Sulsel membentuk lembaga riset untuk mempelajari daya tarik serta kebiasaan-kebiasaan dari kawasan-kawasan yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Atau mencoba mengirim staf-staf terbaik dan terlatihnya ke tempat-tempat yang paling digemari. Siapa yang menyangka dengan begitu, kita bisa belajar banyak dari sana dan mencoba untuk menerapkannya di Sulsel, tentunya, dengan disertai langkah-langkah yang lebih inovatif.

 Rabu (13-10-2010), Mursyida Nurfadilah mengenakan Baju Bodo (Pakaian Adat Suku Bugis-Makassar) yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan masyarakat Sulsel saat ini. Pemenang Kedua "Dai Muda Pilihan" ANTV Februari 2012 ini -kala itu/Oktober dua tahun lalu- berpose sebelum mengisi suatu acara pembukaan di kampus Unhas, Makassar. Demi melestarikan budaya dan mengembangkan pariwisata, penggunaan Baju Bodo harus terus digiatkan dalam pesta-pesta pernikahan atau pembukaan pertemuan berskala Nasional dan Internasional. (Photo by. Ahmad Yani Hasti) 
 Menilik ke beberapa tempat terkenal seperti Paris (Perancis), Korea, Singapura, Malaysia, dan Thailand, mereka punya alat promosi yang mendunia, yaitu film. Dari film, orang bisa melihat dan seolah merasakan keindahan negara tersebut. Baru-baru ini ada dua film yang berlatar belakang Kota Paris dan menjadi Nominasi Oscar untuk Film Terbaik 2011, yaitu “Midnight in Paris“ dan “Hugo“. Di Korea, film dan video klipnya telah menyerbu pasar-pasar dunia. Yang mana kebanyakan dari film itu berlatar belakang bangunan megah di Korea dan menampilkan tradisi-tradisi unik masyarakatnya. Lain lagi yang ada di salah satu negara di Asia Tenggara, yaitu Malaysia, menjadi lokasi syuting Don 2 yang diperankan Aktor Kenamaan India, Shah Rukh Khan.
Penggiat Pariwisata Sulsel boleh juga meniru itu melalui kerjasama dengan insan-insan perfilman. Sehingga Sulsel menjadi semakin masyhur. Saya sempat berangan-angan, seandainya punya banyak uang mungkin akan mengundang Gareth Huw Evans untuk membikin film berlatar belakang Sulsel. Heh! Gareth melalui filmnya “The Raid: Redemption aka Serbuan Maut“, walau bagaimana, telah membuat banyak warga mancanegara menjadi lebih tahu tentang Indonesia. Tapi hal tersebut tidak menjadi lebih penting kalau toh tidak mampu menghasilkan ide cerita yang bisa diterima pasar global. Meski tidak mudah, tapi bukankah itu usaha yang patut dicoba. Setidaknya, langkah yang bisa dilakukan yaitu mendokumentasikan pagelaran-pagelaran budaya serta keunikan Sulsel dalam bentuk video, kemudian mengunggahnya ke youtube.com.
 Terlepas dari kekurangan yang ada sekarang, dan bagaimanapun, Sulsel tetap kuat dengan pesona keindahan eksotis yang dimilikinya. Dan rasanya tidak pas hanya sekadar mengetahui tanpa membuktikannya langsung. Jadi kawan-kawan di seluruh penjuru dunia, ayo, Visit South Sulawesi!
Story by. Ahmad Yani Hasti



Ewako Visitors

Free counters!

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys